Img

Kiat Manajemen : Pemimpin Harus Piawai Berbisnis (bag. 2/2)

Aset Perusahaan

Dalam kondisi ini I Ketut Mardjana ditunjuk oleh pemegang saham (negara) untuk membenahi Pos Indonesia. Dari sisi keuangan dan kualitas SDM memang Pos Indonesia mengalami pendarahan. Namun ada  tiga warisan yang dimiliki Pos Indonesia sehingga ia pantas menjadi perusahaan papan atas di Tanah Air, yakni: luasnya jaringan, nama besar yang melegenda dan aset tidak produktif yang berserakan dibanyak tempat. Apabila ditangani dengan benar, tiga warisan ini akan memberi kontribusi optimal untuk Pos Indonesia.

Sebagai pembelajar yang cerdas tentu I Ketut Mardjana pernah membaca (atau justru terpengaruh) buku apik bertajuk “Confronting Reality” yang ditulis oleh guru bisnis terkemuka, Ram Charan dan Larry Bossidy. Sebagai buku laris yang dijadikan pegangan banyak pemimpin bisnis dunia, Confronting Reality menginspirasi para pemimpin bisnis ketika melakukan perubahan manajemen pada organisasi yang dipimpinnya.

Mengkonfrontasikan realita menegaskan bahwa mengenali dunia bisnis dan dunia luar apa adanya merupakan sebuah syarat mutlak. Bukan sebuah dunia yang diinginkan oleh pemimpin bisnis. Sebagai pemimpin ia juga wajib mengerjakan apa yang harusdikerjakan, bukan apa yang ingin dikerjakan. 

Apa realita yang dihadapi Pos Indonesia ketika I Ketut Mardjana ditunjuk menjadi CEO-nya? Seperti sudah dijelaskan diatas realitanya seperti berikut: kehilangan identitas, keuangan buruk, kompetensi SDM terbatas dan pola pikir dari sebagian besar direksi serta pemimpin unit yang terkungkung pada masa lalu.

Realita lainnya yang berhubungan dengan dunia luar yakni: perubahan lanskap bisnis dengan pendobraknya teknologi informasi, pesaing yang semakin cerdas dan cepat, perilaku konsumen yang berubah total dan senjakala bisnis pengiriman surat.

Oleh Ram Charan dan Larry Bossidy, pemimpin yang mampu bersahabat dengan realita dan kemudian mampu mendongkrak kinerja organisasi apabila ia memiliki dua kualitas. Kualitas pertama, piawai dalam berbisnis.

Piawai berbisnis tidak melulu pada aksi. Sebelum beraksi ia harus piawai membuat model bisnis yang sesuai dengan kondisi perusahaan dan realita dunia luar. Kepiawaian ini yang dimiliki oleh I Ketut Mardjana. Ia membuat model bisnis sebagai pondasi Pos Indonesia melakukan proses transformasi bisnis.

Model bisnis ala I Ketut Mardjana disebut sebagai rancangan strategis arah pengembangan perusahaan periode 2012 sampai 2016. Pada 2012 dicanangkan sebagai tahun perbaikan dan memperkuat kondisi internal perusahaan.

Pada 2013 sebagai tahun penciptaan nilai melalui penyelarasan fokus target pasar dan produk, penetrasi pasar khususnya pasar korporasi dan penggunaan sumber daya yang lebih efektif dan efisien. Pada 2014 dan 2015 adalah tahun intensifikasi penetrasi pasar dan mempertahankan pasar yang diraih secara berkelanjutan. Pada 2016 merupakan tahun kuantum bagi Pos Indonesia untuk meraih sukses jilid berikutnya.

 Kualitas kedua adalah rasa ingin tahu yang tiada habisnya tentang apa yang baru. Dalam bahasa yang lebih jamak adalah keberanian dari sang pemimpin untuk berubah. Bisnis tradisional yang dijalani oleh Pos Indonesia rawan gejolak.

Gejolak dalam konteks ini adalah perubahan teknologi informasi. Hari ini, Pos Indonesia memproklamirkan diri sebagai perusahaan jejaring. Apakah untuk lima tahun ke depan peta bisnis seperti yang dibuat oleh I Ketut Mardjana untuk perusahaan jejaring masih relevan? Belum tentu. Untuk itulah keberanian berubah dari sang pemimpin wajib dimiliki agar Pos Indonesia sukses melampaui berbagai perubahan.

Sebagai seorang doktor bisnis dari kampus terkemuka dunia, pernah menjadi direksi perusahaan swasta nasional, pernah pula menjadi komisaris pada berbagai BUMN sekaligus pernah menjadi birokrat eselon atas.

Rekam jejak ini membuktikan bahwa I Ketut Mardjana merupakan pemimpin yang selalu berkawan dengan perubahan. Untuk hal ini bagi I Ketut Mardjana sudah final. Namun apakah pemimpin-pemimpin lain di Pos Indonesia selalu berkawan dengan perubahan? Inilah pekerjaan rumah bagi I Ketut Mardjana.

Pekerjaan rumah berikutnya yang tak kalah penting adalah kaderisasi. Idiom kuno namun relevan sepanjang masa mengatakan, “Pemimpin disebut sukses kalau ia mampu melahirkan pemimpin lain.” Kita tunggu kiprah I Ketut Mardjana untuk melahirkan pemimpin-pemimpin brilian dari dalam Pos Indonesia untuk membawa Pos Indonesia tetap sukses di masa depan.(msb)

Sumber : Bisnis Indonesia, 08.04.13.