Img

e-Supply Chain Management Dalam Era Ekonomi Digital (bag. 1/2)

JAKARTA: Dalam dunia bisnis, dampak dari internet (baca: teknologi informasi/TI) cukup besar dan mampu merubah wajah bisnis. Dahulu jika ingin membeli sesuatu maka kita harus berbelanja ke toko langsung, maka kini dengan hanya berada didepan komputer dan dengan mengerak-gerakkan mouse dan keyboard saja maka keesokan harinya barang yang kita butuhkan tersebut sudah terkirim ke tempat kita. Jika kita ingin melihat tabungan kita atau mentrasfer uang, maka cukup dengan mengkutak-katik didepan komputer saja maka semua akan segera terlaksana. Muncullah fenomena virtual shop atau virtual market.

Internet juga mengubah aturan bisnis antara perusahaan dengan supplier-nya. Kalau dulu, perusahaan pada umunya harus memiliki gudang yang cukup luas untuk menampung dan menyimpan bahan baku maupun bahan penolong untuk produksi, maka kini dengan bantuan TI maka bentuk bisnis seperti ini bisa diminimalkan bahkan dihapuskan. Disini jika perusahaan akan memproduksi satu produk, maka segala informasi  kebutuhan  bahan baku segera sampai di supplier secara on-line via web. Saat itu juga supplier akan memasok bahan-bahan yang dibutuhkan, sehingga proses JIT (just in time) dapat berlangsung dengan baik.

Era ekonomi yang seperti ini yang disebut dengan era ekonomi digital (Digital Economy). Era ekonomi digital ini adalah suatu model ekonomi baru yang menggunakan internet sebagai media untuk mendapatkan dan mengolah segala data dan informasi (exchanging data and information) serta digunakan juga untuk menjalankan binis (doing business). Contohnya misalnya perusahaan sekuritas dan bursa efek, misalnya Bursa Efek Jakarta (BEJ) dimana pemanfaatan internet digunakan semaksimal mungkin dalam perjalanan bisnisnya.

Bagaimana para pialang dapat mengolah data perusahaan-perusahaan melalui media internet yang ada, bagaimana pula harga saham diseluruh dunia bisa terdeteksi pada saat yang bersamaan dengan media internet. Yang lain misalnya perusahaan komputer Dell yang mana semua sumber bahan baku mereka dimanajemeni oleh satu sistem sehinga para supplier bisa melihat data-data kebutuhan barang yang dibutuhkan oleh Dell. Selain itu para konsumen Dell sendiri jika ingin membeli PC (personal computer) cukup masuk ke website-nya Dell dan kemudian membuat sendiri spesifikasi PC yang dibutuhkan dan di summit. Maka dalam 1 hari PC yang dibutuhkan tersebut sudah akan sampai dirumah si pemesan.

Ringkasnya pada era ekonomi digital ini, maka model bisnis dengan pemanfaat TI mengarah ke B2B (Business to Business), B2C (Business to Customer) dan B&G (Business to Government) ataupun G2B (Government to Business).

Bisnis elektronik (e-Business) memang mempercepat proses konsumen mendapatkan barang atau jasa. Bahkan, pada berbagai jenis produk seperti musik dan berita di majalah atau koran, kendala jarak dan waktu hampir bisa dieleminir. Rekaman lagu-lagu bintang kenamaan asal Amerika Serikat (AS), Madonna, saat dirilis di AS sudah bisa di dapatkan di Indonesia melalui internet.

Berita perang di teluk antara AS dan sekutunya dengan Irak dalam hitungan detik sudah bisa dirilis di Jakarta dan daerah lainnya di seluruh Indonesia. Orang yang tinggal di Indonesia tidak perlu menunggu surat kabar mesti dicetak berhari-hari untuk mendapatkan berita "yang sudah tidak hangat lagi" dari Irak. Semua komoditi yang bisa dibuat digital seperti ini meniadakan proses-proses fisik yang bisanya membutuhkan ruang dan waktu.  

Namun, benarkah semua komponen- komponen bisnis bisa direvolusi dengan kehadiran media internet ini? Apakah semua bisnis bisa bekerja hanya dengan mengandalkan "budi baik" teknologi informasi tersebut? Maka jawabnya pasti TIDAK. Banyak aspek bisnis yang tetap harus dikerjakan secara fisik.

Walaupun kita bisa memesan buku lewat internet, kita tidak akan pernah menyaksikan internet mengirim buku tersebut ke rumah kita. Internet tidak bisa mempercepat pengolahan kayu atau jerami menjadi kertas, tidak mampu menghilangkan proses pengiriman kertas ke gudang penerbit buku, tidak juga bisa mempercepat proses pengiriman buku dari gudang buku ke alamat pembeli. Internet tidak bisa menambah laju kendaraan yang sedang mengangkut buku-buku tersebut.

Dengan kata lain, proses-proses bisnis yang terjadi secara fisik di seluruh rantai supply chain tetap membutuhkan perhatian besar untuk bisa sukses dalam bisnis di era ekonomi digital ini. Perkiraan yang dilakukan oleh Forrester Research, Inc. menunjukkan bahwa pada tahun 2004, sebanyak dua per tiga dari e-business perusahaan ke konsumen (B2C) dan sebanyak empat per lima dari e-bisnis antar perusahaan (B2B) akan berbentuk penjualan barang-barang fisik (tangible goods). Ini berarti bahwa manajemen supply chain yang mengatur aliran barang secara fisik dari sumber yang ada di ujung hulu ke pemakai akhir di rantai hilir tetap akan berperan secara monumental di era ekonomi digital masa mendatang.

Bersambung ...

Penulis : Karya Bakti Kaban, saat ini bekerja di PT Kereta Api Logistik (KALOG) sebagai VP HC, Legal & G.A

Sumber  : KALOG.