Img

Sang Pencerah

Wawancara khusus dengan Dirut PT KAI.
 

JAKARTA: Menghadapi sosok Ignasius Jonan memang harus siap mental. Sebab gaya lugas & slenge'an-nya kerap kali membuat orang di hadapannya mati kutu karena kehabisan bahan pembicaraan. Namun justru di sanalah memang kelebihan seorang Jonan. Pertanyaan dijawab dengan bukti nyata.

Ketika ditanya soal perubahan yang ia lakukan, ia mengatakan, kalau kapasitas tambah terus, asal pelayanan makin baik pasti penumpangnya naik. Tambah kereta, perbaiki sistem layanan kereta, di stasiun. "Karena kami sebagai operator makin tertib, maka orang juga bisa tertib. Dulu kan begini, misalnya dulu tidak mungkin orang diperiksa KTP saat mau naik kereta. Saya bilang harus bisa.

Kedua, penumpang ekonomi harus ada tempat duduk, terbukti bisa. Jadi sebenarnya masyarakat itu bisa diatur, hanya kita nggak mau atur. Jadi semua sekarang serba diatur. Semua harus punya tiket," ujarnya.

"Di KAI itu waktu saya masuk, ini organisasi yang menurut saya cukup feodal, sudah ketinggalan zaman. Kedua, kok ini organisasinya bikin kelompok-kelompok sendiri. Pemimpin itu kalau tidak bisa mengurusi anak buah itu ada dua hal, satu memang orang itu nggak bisa memimpin, kedua dia itu banyak dosanya. Jadi harus diperbaiki manusianya. Organisasi itu dibuat untuk kepentingan orang banyak, bukan untuk kepentingan sendiri. Jadi kalau memang butuh dibesarkan organisasinya ya harus disesuaikan. Sehingga saya perbaiki manusianya itu tujuannya bukan seleksi orang, tapi mengirimkan sinyal kalau kelompok-kelompokan itu saya nggak mau. KAI itu mandornya cuma satu, saya sendiri. Lalu, saya ini dulu orang perbankan, tapi bukan juru tulis, melainkan ngurusin bisnisnya. KA dengan perbankan ini sama-sama industri jasa, industri pelayanan. Substansinya sama. Maka saya katakan, organisasi ini harus melayani pelanggan, customer oriented.”

Sumber : Majalah Luar Biasa, edisi Januari 2014 / Kredit Foto : SWA.